Lamb Rack Traditional Flavour
Identik dengan masakan Western, lamb rack traditional flavour disajikan dengan mash potato, bukan nasi. Tetapi, buat bumbunya, chef Jajang berupaya suatu yang berbeda. Iga domba muda itu dipadukan dengan bumbu khas Nusantara yang kaya rempah.
—
“ TASTE- nya aku buat kokoh rempah Nusantara. Salah satunya, kapulaga itu kan umumnya dimasukin dalam bumbu, ini aku blender dicampur ketumbar serta bawang putih jadi lebih terasa,” tutur Executive Chef Whiz Prime Hotel Basuki Rahmat Malang Jajang Aris Kurniawan.
Bumbu tradisional pula bermanfaat buat menyembunyikan aroma kambing. Walaupun tidak betul- betul lenyap, bau yang tercium tidak menusuk. Kalah dengan wangi cengkih yang menguar.
” Kambing jika dimasak seperti tongseng, aromanya masih terasa. Tetapi, jika kari ataupun jinten, aroma kambingnya hendak tertutup,” ucapnya.
Buat tingkatan kematangan, chef Jajang memilah medium well. Tidak mentah, tetapi pula tidak sangat matang. Dengan begitu, teksturnya hendak cocok serta tidak alot.
”Lebih bagus lamb rack dioven daripada cuma dimasak di pan supaya kematangannya menyeluruh,” bebernya.
Antara panas dasar, panas atas, panas samping kanan- kiri rata seluruh.” Apa juga jika di oven itu tentu lebih lezat, lebih empuk, rupanya pula lebih bagus,” imbuhnya.
Pemilihan daging pula mempengaruhi dalam pengolahan. Lamb rack traditional flavour memakai daging impor sehingga dengan garam serta lada saja sesungguhnya telah lumayan. Lain halnya bila memakai daging lokal.” Hendaknya dicampur sama nanas supaya kilat empuk serta bau kambingnya dapat agak lenyap,” lanjutnya.
Kentang pengganti nasi dalam menu tersebut terbuat mash potato. Selaku alterasi, chef Jajang meningkatkan parsley serta paprika di dalamnya supaya lebih bercorak. Standarnya lumayan memakai bawang bombai, pala, serta susu.
” Buat sayurannya, aku gunakan mix capsicum, ialah paprika. Kemudian, terdapat bonus sambal dabu- dabu selaku aksesoris,” kata ia.